Wednesday, August 17, 2016

Filosofi dari lomba 17 Agustusan

Perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus kerap diwarnai oleh lomba-lomba yang menyenangkan. Ternyata, berbagai lomba yang dilombakan itu memiliki filosofinya tersendiri. Berikut filosofi beserta lombanya:
Yang pertama ada lomba engrang, lomba tersebut memiliki makna menghina atau mengejek kolonialisme Belanda yang tubuhnya tinggi (jangkung).
Sementara lomba balap karung, mengingatkan rakyat Indonesia saat masa-masa sulit dijajah Jepang. Karena mayoritas rakyat ketika itu pakaiannya adalah karung goni.
Simbol keprihatinan tentang kondisi rakyat Indonesia saat zaman penjajahan ditunjukkan pula lewat lomba makan kerupuk yang dijadikan simbol pangan.
Filosofi dari lomba tarik tambang adalah lomba tersebut memiliki makna gotong royong, kebersamaan, dan solidaritas masyarakat Indonesia.
Bagaimana dengan lomba panjat pinang? Panjat pinang sering digelar di acara besar seperti hajatan, pernikahan, dan lain-lain. Panjat pinang sendiri sudah diadakan sejak zaman penjajahan Belanda.
Peserta dari lomba ini adalah orang-orang pribumi yang memperebutkan ‘barang mewah’ waktu itu, biasanya bahan makanan seperti keju, gula, pakaian kemeja. Ketika orang pribumi bersusah payah untuk memperebutkan hadiah, para orang-orang Belanda menonton sambil tertawa. Tata cara permainan ini belum berubah sejak dulu.
Jika dilihat dari sisi positifnya, maka filosofi dari lomba panjat pinang ini adalah semangat dari orang-orang Indonesia yang pantang menyerah meskipun ada berbagai rintangan dan halangan yang harus dihadapi.
Jadi, pada intinya, perlombaan yang dilakukan saat lomba 17 Agustus menggambarkan semangat orang Indonesia yang dulu ingin segera mengakhiri penjajahan Belanda di Indonesia.
Nah, itulah beberapa lomba beserta penjelasan singkat filosofi dari lomba-lomba yang sering diadakan pada saat perayaan 17 agustusan. Mari tingkatkan semangat juang dan rasa cinta pada tanah air kita ini:) . (Zul)

No comments:

Post a Comment